27 August 2015

Charity Yayasan Sentuhan Kasih Anak Indonesia?

Rabu, 26 Agustus 2015.
siang itu sekitar pukul 14.00 WIB aku lagi dampingin temen Thailand ambil sample penelitian di Kebun Bibit Manyar Surabaya. Nggak lama dari aku sama si Donut ini keliling taman, aku didatengi sama koko-koko.
“kak, lagi ngapain?”
“ini ko lagi nemeni temen penelitian. ada apa ya?”
“gini, kenalin namaku (lupa dah). aku anak Fakultas Ilmu Komunikasi di UB***. kakak tau kan? itu loh kak yang kampusnya di Teng*****. (mau ngomong lagi)”
“oiyaoiya tau kok ko. kenapa emange?”
“kakak tau black canyon?”
“hah? ……. *mikir sampe pusing aku pikir black canyon itu semacam Green Canyon di Jawa Barat*"
“itu loh kak coffe shop di mall semacam starbucks, kakak ke mall mana aja sih ngga tau black canyon? (((zzzzzz entahlah dia ngomong panjang lebar)))”
"oh iyyaaa …nggak tau ko, aku jarang pergi nongkrong. kalo mall yo semuae wes perna tp masa iya aku inget isie apa. kenapa ?”
“ini kak, jadi aku mau nawarin voucher black canyon, dll, atau kakak bisa dapet voucher perawatan disini. banyak kan kak. ini lagi, kakak kan muslim ya, bisa makan disini. ini ayam kok kak”
“hm iyaiya tau kok itu gambar ayam. tapi aku nggak makan ayam ko"

oke cukup. itu adalah basa-basi yang basi banget. pas disitu aku mikir, korelasinya dia ngomong dia kuliah disitu sama black canyon apaan?
aku udah tau modus yang beginian sebelumnya. jadi dia ini iming-iming voucher ini itu dalam sebuah buku kecil. aku sama sekali nggak tertarik sama voucher-voucher yang ada di buku itu maupun buku-buku sebelumnya yang aku beli. buku kali ini bercover anak-anak dan mengatasnamakan Yayasan Sentuhan Kasih Anak Indonesia. kalau sama yang beginian, kadang hati kita emang lemah banget, bener-bener euh kesentuh.
setelah si koko tadi panjang lebar ngomong, dia ngomong lagi, “kakak cuma perlu nyumbang Rp. 100.000 buat membantu mereka, anak-anak di YSKAI ini kak.”
“gini ko, aku wes pernah kok dapet ginian. dari yayasane lupus, apalah ada pokoke sampe lupa aku.”
“oh beda kak, kita dari YSKAI”
“bedanya apa? kan sama-sama donasi seh. gini wes, aku mau nyumbang, tapi buat mereka. bukan buat kamu ambe percetakan sing buat bukue. uang ini aku kasih buat mereka, aku nggak minat lo sama voucher-voucher e. ini buat mereka, aku nggak tau bakalan sampe atau enggak. tapi Tuhan sing tau ya ko."
gitu singkatnya akhir pembicaraan kita.

aku dan kalian yang pernah dapet buku beginian pasti nggak tau ini bener atau cuma sekedar penipuan yang mengatasnamakan YSKAI atau yayasan lain semacamnya. yang jelas, kita semua yang pernah beli buku beginian pasti kasian sama anak-anak penyandang kanker disana.
padahal dulu pas awal-awal dapet didatengin sama yg beginian aku selalu bilang sama temenku, “ngapain sih? mending kasih aja langsung sama orang yang membutuhkan. itu sumbangan kok malah minta-minta. maksa lagi”
tapi lambat laun, hati ini luluh juga. mikir, aku pernah punya sepupu masih kecil penyandang kanker darah. mikir, kapan lagi aku bisa bantu mereka anak-anak yayasan? kapan lagi aku bisa memberi mereka yang membutuhkan ketika lagi berlebih? nggak ada salahnya kok bantu orang.
entah itu bakalan sampai atau enggak pada mereka yang membutuhkan, kita nggak pernah tau. yang kita perlu tau, ketika kita berdoa buat mereka, doa itu bakalan sampai.
dan lagi, aku yakin yayasan-yayasan yang berdiri untuk anak-anak yang berkekurangan nggak bakalan meminta donasi dengan cara begini. mereka pasti akan nunggu donatur untuk datang sendiri. kalaupun memang sedang membutuhkan, pasti ada cara yang lebih terhormat.
aku rasa ini sudah cukup. mungkin aku bakalan balik ke hilda yang awal. yang keras minta ampun sama hal beginian. bukan dasar pelit ketika sedang berlebih, tp dengan dalih: aku ingin apa yang aku punya bermafaat buat orang yang benar-benar membutuhkan.
dan buat koko-koko kemarin, maaf ya kalo omonganku pedes banget.

****

Updated April 7th 2017

dua minggu kemarin, aku sama bapak lagi makan di daerah balaikota surabaya. baru juga turun dari mobil dan masuk ke tempat makan, ngga lama setelah duduk, makanan belum datang juga, udah ada mbak-mbak yang nyamperin sama ngenalin diri. awalnya dia cuma minta waktu, aku kira dia cuma mahasiswa yang mau minta isi kuisioner atau apalah.
then, dipersilahkanlah dia duduk sama bapaku itu. sampe dibeliin makan sama minum. haha lumayan kan sis
modusnya sih sama, awalnya ngasih iming-iming voucher discount di beberapa gerai.  dan ngga konsistennya, dia di awal udah bilang kalo dia dari pihak advertising buku voucher itu. ngga lucu dia ngomong kaya gitu terus ujungnya minta dibeli. ngga aku peduliin sama sekalilah dianya. sama bapaku ditanggepin lama banget dan ditanya-tanyain sampe mbaknya ngga bisa jawab.
dari yayasan mana?
berapa emang jumlah anak-anak yang yayasan itu tangani?
kenapa sampe ada hubungannya sama voucher discount?
kalo dia emang beneran dari pihak advertising, aku rasa sih dia ngga akan segitunya. ujungnya sih tetep aja si bapak pelit ngga mau kasih ini mbak-mbak duit karna mungkin dirasa semua jawabannya ngga logis.
ngga tau sih coy ini beneran apa enggak,
cuma, anak-anak terlantar harusnya dilindungi negara. kalo emang modus kaya gini, aku pikir anak-anak yang beneran terlantar udah dinodai haknya sama mereka-mereka yang mengatas-namakan anak-anak terlantar buat kepentingan mereka cari duit. buat kebutuhan primadi mereka.
intinya aku nggak percaya sama mbak-mbak atau mas-mas yang suka datengin orang-orang dan minta buat beli voucher yang mereka bawa cuma dengan uang 100ribu atau 50ribuan.
emang, duit segitu ngga akan berat dikeluarin kalo buat mereka-mereka yang beneran lebih membutuhkan dari kita. tapi menurutku mending dipikir lebih lanjut lah kalau mau beli beginian. jangan sampe tergiur rayuan mereka.
karna apa?
di sekitar kita sebenernya banyak banget bangeeeet yang jauh dan jauh lebih nyata kalo mereka itu butuh uluran tangan kita. contohnya aja, pasti palian pernah sekali duakali ketemu anak-anak yang yeti dan atau piatu. menurutku mereka lebih pantas kalian bantu.
namun ada beberapa pengecualian buat aku dan beberapa orang di sekitarku. pernahkah kalian ketemu anak-anak kecil yang dimana dia usia-usia harusnya sekolah, tapi pagi-pagi atau siang dia ngemis di jalan raya? jualan koran di persimpangan jalan? modal kemocing dan bersiin kaca mobil kalian di lampu merah?
anak-anak yang seperti ini...mau jadi apa mereka gede nanti? kenapa mereka ngga sekolah? padahal sekolah nggak bayar. tapi iya sih, memang. walaupun sekolah tidak berbayar, tetep mereka akan disuruh beli seragam ataupun buku. anak-anak yang seperti inilah yang harusnya patut kita kasihani. mereka adalah harapan bangsa dan negara kita. tapi betapa banyak pula mereka yang menjadi harapan keluarga agar terpenuhi kebutuhan hidupnya.
namun seharusnya bukan dengan cara seperti itu.
disini aku menulis karna saat ini aku nggak bisa melakukan apa-apa. cuma bisa mikir dan bertanya-tanya pada diri sendiri dan dunia. that's why aku menuangkan segala pertanyaan-pertanyaan tentang mereka.  berharap mungkin suatu hari nanti akan ada yang baca dan merekapun menyadari bahwa lebih banyak anak-anak (beneran) yang seharusnya mereka bantu daripada mbak-mbak dengan voucher discount. ataukah suatu hari nanti aku akan membaca post ini lagi ketika aku rasa diri ini sudah mampu melakukan usaha untuk mereka dan mendorongku untuk bergerak.


* * *
U  P  D  A  T  E  ! 
28 Desember 2017
* * *


Dengan banyaknya comment yang masuk dan artikel-artikel lain tentang charity ini, akhirnya Oktober kemarin aku memutuskan untuk bertanya langsung kepada pihak yang bersangkutan. Perlu digarisbawahi, yayasan yang aku bahas disini adalah Yayasan Sentuhan Kasih Anak Indonesia. Bukan yang lain. Jadi kalau memang ada kasus serupa tapi bukan atas nama YSKAI, aku tidak tahu lagi mengenai kejelasannya.
Oke.
Akhirnya aku mencari-cari tentang kebenaran kasus yang ramai beberapa tahun terakhir ini. Mencari official website dan menemukan email customer servicenya adalah hal yang sangat mudah. Aku tidak hilang akal. Kalau memang ini semua nyata dan benar adanya, akan ada klarifikasi dari pihak yang bersangkutan. Aku menanyakan semua apa yang ada di kepalaku tentang kasus-kasus yang pernah kualami.
Selang 3 hari, pihak yayasan membalas emailku yang berisi pertanyaan-pertanyaan orang sedunia. Balasannya kaya begini :


Silahkan para pembaca mulai menilai dan menghitung sendiri mengenai prosentase pembagian sumbangan yang sudah diberikan, berdasarkan email balasan yayasan kepadaku.
Disini aku hanya memperjelas apa yang selama ini aku cari hingga akhirnya aku memiliki penilaian akhir tersendiri.
Kalau dari kacamataku, ini benar bukan penipuan. Ini memang real charity. Tapi, caranya kurang bener. Lebih ke business ya jatuhnya. Aku jadi melihat orang tidak menyumbang karena belas kasih terhadap anak-anak yayasan, tapi lebih karena isi voucher yang ditawarkan atau parahnya hanya karena tidak bisa menghindari paksaan dari penjual buku voucher. 
Taruhlah penjualan perbuku dapat 5%. Bila dalam sehari ada setidaknya 30 orang se-Indonesia membeli buku voucher :
30 x 100.000 = 3.000.000
5% dari 3.000.000 = 150.000 per hari.
Bila beroperasi dalam setahun ?
Itu perhitungan kalau 30 orang. Setidaknya sekitar 50juta dalam setahun hanya dari 5% penjualan per buku.
Lima persen dari setiap penjualan buku itu didapat hanya dari mencantumkan logo yayasan pada buku itu kah? Berarti ini sama prosedurnya dengan sponsorship. Kalau mencantumkan logo, 5% yang didapat itu merupakan pengembalian modal dari biaya yang sudah dikeluarkan untuk bekerja sama dengan pihak advertising/marketing/etc.
Nggak tau lagilah. Silahkan anda semua menilai kasus ini dari kacamatanya masing-masing...

Terima Kasih sudah membaca tulisan ini.

06 August 2015

"Apakah kamu tidak malu meminta terus menerus, sedangkan Allah tahu apa yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan."
Begitulah inti dari ceramah agama di salah satu channel TV sore itu, ketika aku sedang jenuh-jenuhnya dengan tugas besar UAS. 
Ya, benar. selama ini aku hanya bisa meminta. terus menerus meminta kekuatan untuk menjalani kehidupan dan menangani segala rintangan yang ada. terus menerus meminta pertolongan ketika aku sudah tidak sanggup berjalan sendiri di muka bumi ini. meminta untuk hal-hal yang selalu aku inginkan.
meminta untuk lebih disabarkan, tapi ketika dihadapkan dengan ujianNya, aku masih mengeluh.
meminta untuk dihargai, tapi terkadang aku masih lalai dalam menghargai orang lain.
meminta untuk lebih ikhlas, tapi ketika Allah tidak me-iya-kan keinginanku, aku masih marah...
aku terlalu banyak meminta.